Kamis, 12 Juni 2014

Tata Letak Daun



MAKALAH
 TATA LETAK DAUN PADA BATANG
Mata kuliah: Morfologi Tumbuhan
Diampu oleh Bpk. Mufaroyin,









 Disusun oleh :
Nama                                       NPM
Prio Eko Gunanto                    13320100
Novia diana putri                     13320074
Rika paramita                          13320078
Dian ayu pertiwi                      13320105
Djulfa khasanah                       13320091


PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2014
                                                                    
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hatyurkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tata Letak Daun”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila Di Universitas Muhamadiyah Metro.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.










       Metro, 28 Maret 2014


Penyusun                                             
DAFTAR ISI

COVER BUKU
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang Masalah 2
B.     Rumusan Masalah 3
C.     Batasan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A.    Pengertian Phyllotaxis 5
B.     Tata letak daun pada batang 6
C.     Bagan (skema) dan diagram tata letak daun 5
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat pada batang dan cabang-cabangnya. Ada pula daun-daun suatu tumbuhan yang berjejal-jejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang atau pada ujung-ujungnya setiap tumbuhan memiliki system percabangan yang berbeda-beda. Misalkan pada pohon papaya, pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga jenis tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan system percabangan serta tata letak daun pada batang.
Dari perbedaan tata letak daun inilah maka, setiap tumbuhan memiliki system phillotaxis yang berbeda. Dari phillotaxis ini dapat ditentukan rumus daun serta diagram duduk daun pada tumbuhan. Untuk tumbuhan yang sejenis (misal  semua pohon papaya) akan kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh dapat kita gunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian phyllotaxis?
2.    Bagaimanakah tata letak daun pada batang?
3.    Bagaimanakah bagan (skema) dan diagram tata letak daun?
C.     Tujuan
1.      Memahami pengertian dari phyllotaxis
2.      Memahami tata letak daun pada batang
3.      Memahami bagan (skema) dan diagram tata letak daun






BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Phyllotaxis
Phyllotaxis atau tata letak daun adalah aturan tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya mengalami pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.

B.     Tata Letak Daun Pada Batang
Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus di tentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah:
1.      Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2.      Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.      Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.
Berikut penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:

1.      Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu Daun
Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus daun atau Divergensi.
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara 2 daun pada batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang yang menghubungkan daun-daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan tua mudanya dinamakan : Spiral genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya, dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang disebut deret Fibonacci. Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut :

- Tiap suku dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku yang di depannya, atau
- Tiap suku dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.

Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu : roset (rosula).
Roset ada 2 macam :
a. roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas tanah, ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).
b. roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang, contohnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang demikian itu disebut mosaik daun.

Bila hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk daun dapat:

1). Monostika (Monostichous) bila seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat dari atas duduk daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan, sehingga daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun seperti ini disebut sebagai spiromonostik (spiromonostichous).                                                           

2). Distika (distichous), yaitu daun tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang sama, maka duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).

3). Tristika (tristichous), yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas dengan sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk daun menjadi spirotristika (spirotristichous)

4). Spiral, yaitu bila dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5 atau 8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral sebagai akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya perubahan selama masa pertumbuhan batang. Duduk daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun tersebar. Pada beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan sangat rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada kelapa dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak hampir sama tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini ini disebut roset.

2.  Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Dua Daun

Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku (nodus), maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita). Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180o . Bila pasangan daun pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90o, maka akan terdapat empat deretan daun bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini disebut berhadapan bersilang (opposita-decussata). Bila batang yang memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka duduk daun dapat dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.

3.       Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada duduk daun seperti ini daun-daun yang berada dalam dua karangan berurutan masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila daun dari dua karangan letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak deretan daun sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),oleander (Nerium oleander L.).

C.     Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun
1.      Bagan Tata Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula buku-buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.






Gambar: bagan duduk daun

2.      Diagram Tata Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit.





Gambar: diagram daun

BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Ø  Phyllotaxis atau tata letak daun adalah aturan tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan berulang-ulang.
Ø  Tata letak daun pada batang, berlaku apabila:
1.      Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
2.      Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.      Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun.


















DAFTAR PUSTAKA

T jitrosoepomo Gembong, 2007, Morfologi  Tumbuhan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar