MAKALAH
TATA LETAK DAUN PADA BATANG
Mata kuliah: Morfologi Tumbuhan
Diampu oleh Bpk. Mufaroyin,
Disusun oleh :
Nama NPM
Prio Eko Gunanto 13320100
Novia diana putri 13320074
Rika paramita 13320078
Dian ayu pertiwi 13320105
Djulfa khasanah 13320091
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hatyurkan kehadirat
Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Tata Letak Daun”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila
Di Universitas Muhamadiyah Metro.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Metro, 28 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER BUKU
Kata pengantar
2
Daftar isi
3
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
2
B.
Rumusan
Masalah
3
C.
Batasan Masalah
3
BAB II PEMBAHASAN
4
A.
Pengertian Phyllotaxis
5
B.
Tata letak daun pada batang
6
C.
Bagan (skema) dan diagram tata letak daun
5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu tumbuhan daun biasanya terdapat
pada batang dan cabang-cabangnya. Ada pula daun-daun suatu tumbuhan yang
berjejal-jejal pada suatu bagian batang yaitu pada pangkal batang atau pada
ujung-ujungnya setiap tumbuhan memiliki system percabangan yang berbeda-beda.
Misalkan pada pohon papaya, pohon sirkaya, dan bunga soka. Dari ketiga jenis
tumbuhan tersebut terlihat jelas perbedaan system percabangan serta tata letak
daun pada batang.
Dari perbedaan tata letak daun inilah maka,
setiap tumbuhan memiliki system phillotaxis yang berbeda. Dari phillotaxis ini
dapat ditentukan rumus daun serta diagram duduk daun pada tumbuhan. Untuk
tumbuhan yang sejenis (misal semua pohon
papaya) akan kita dapati tat letak daun yang sama. Oleh dapat kita gunakan
sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
phyllotaxis?
2.
Bagaimanakah tata letak daun
pada batang?
3.
Bagaimanakah bagan (skema) dan diagram tata letak daun?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari phyllotaxis
2. Memahami tata letak daun pada batang
3. Memahami bagan (skema) dan diagram tata
letak daun
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Phyllotaxis
Phyllotaxis atau tata letak daun adalah aturan
tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan
berulang-ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis.
Istilah filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
urutan terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun tersebut
tampak jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya mengalami
pendewasaan, maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan
susunan daun pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat
konstan. Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya
helai daun yang terbentuk dalam suatu nodus (buku). Untuk itu, daun dapat
dibentuk secara tunggal bila ada satu helai daun pada setiap buku, berpasangan
bila ada dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat
tiga helai daun atau lebih pada setiap buku.
B. Tata Letak Daun Pada Batang
Untuk
mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus di tentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang
kemungkinannya adalah:
1.
Pada setiap buku-buku hanya
terdapat satu daun saja.
2.
Pada tiap-tiap buku-buku
batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.
Pada setiap buku-buku batang
terdapat lebih dari dua daun.
Berikut
penjelasan masing-masing dari ketentuan diatas:
1.
Pada Tiap-Tiap
Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Satu Daun
Tata letak daunnya dinamakan : Tersebar (Folia sparsa). Jika
untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun pertama tadi mengelilingi batang
a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan
kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan juga : Rumus
daun atau Divergensi.
Garis-garis tegak lurus (Garis vertikal) yang menghubungkan antara
2 daun pada batang dinamakan : Ortostik. Garis spiral melingkari batang
yang menghubungkan daun-daun berturut – turut dari bawah ke atas menurut urutan
tua mudanya dinamakan : Spiral genetik.
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut,
jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang
disebut : sudut divergensi.
Tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, ternyata pecahan a/bnya,
dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. yang
disebut deret Fibonacci. Angka-angka diatas memperlihatkan sifat berikut
:
- Tiap suku
dibelakang suku kedua (jadi suku ketiga dst.) merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh dengan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada
di depannya, dan penyebutnya merupakan hasil penjumlahan kedua penyebu dua suku
yang di depannya, atau
- Tiap suku
dalam deretan itu merupakan suatu pecahan yang pembilangnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang di depannya, dan penyebutnya adalah
jumlah penyebut suku di depanya dengan pembilang suku itu sendiri.
Pada tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang duduk
daun rapat
berjejal-jejal karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk
daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk menentukan
urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempuyai susunan demikian disebut suatu
: roset (rosula).
Roset ada 2 macam :
a. roset akar,
yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal diatas
tanah, ch. pada lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus
scaber L.).
b. roset
batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung
batang, contohnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam –macam
palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun
dengan tata letak tersebar dapat teratur sedemikian rupa pada suatu bidang
datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Susuna daun yang
demikian itu disebut mosaik daun.
Bila hanya satu helai daun pada setiap nodus (buku), maka duduk
daun dapat:
1). Monostika (Monostichous) bila
seluruh daun tampak berada pada satu sisi batang jika dilihat dari atas duduk
daun seperti ini jarang ditemukan. Bila ada, seringkali dipengaruhi oleh
pertumbuhan ruas (internode) yang asimetris diantara dua daun yang berurutan,
sehingga daun tampak tersusun membentuk putaran helix yang dangkal. duduk daun
seperti ini disebut sebagai spiromonostik (spiromonostichous).
2). Distika (distichous), yaitu daun
tampak berada dalam dua deret jika dilihat dari atas, biasanya sudut yang
terbentuk diantara dua deret daun tersebut 1800 . bila kedua deretan
tersebut berputar ke arah yang sama, masing-masing dengan sudut putar yang
sama, maka duduk daun menjadi spirodistika (spirodistichous).
3). Tristika (tristichous),
yaitu bila daun-daun berada dalam tiga deret bila dilihat dari atas dengan
sudut diantara deret satu dengan berikutnya adalah 120o pada tumbuhan dengan
duduk daun seperti ini, batangnya dapat mengalami perputaran sehingga duduk
daun menjadi spirotristika (spirotristichous)
4). Spiral, yaitu bila
dilihat dari atas daun-daun berada pada lebih dari tiga deret, misalnya 5 atau
8 deret . pada beberapa tumbuhan duduk daun tidak persis mengikuti pola spiral
sebagai akibat panjang ruas yang berbeda-beda atau sebagai akibat adanya
perubahan selama masa pertumbuhan batang. Duduk
daun spiral seperti ini biasanya disebut sebagai duduk daun tersebar. Pada
beberapa tumbuhan lainnya dengan duduk daun spiral, letak daun kelihatan sangat
rapat satu sama lain sebagai akibat ruas batang sangat pendek, misalna pada
kelapa dan beberapa tanaman famili Brasicaceae. Akibatnya, duduk daun tampak
hampir sama tinggi dan sukar untuk menentukan ukurannya. Duduk daun seperti ini
ini disebut roset.
2. Pada Tiap-Tiap Buku-Buku Batang Hanya Terdapat Dua Daun
Bila terdapat dua helai daun pada setiap buku
(nodus), maka daun-daun akan duduk berlawanan atau berhadapan (opposita).
Kedua daun yang berada pada setiap buku satu sama lain membentuk sudut 180o .
Bila pasangan daun pertama dan berikutnya terorientasi dengan sudut 90o, maka
akan terdapat empat deretan daun bila dilihat dari atas. duduk daun seperti ini
disebut berhadapan bersilang (opposita-decussata). Bila batang yang
memiliki duduk daun sepert ini mengalami perputaran , maka duduk daun dapat
dinyatakan sebagai spiral decussata. Contoh pada mengkudu (Morinda citrifolia
L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dll.
3.
Bila
terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus), maka duduk daun
Bila terdapat tiga atau lebih daun muda pada setiap buku (nodus),
maka duduk daun dikatakan berkarang (whorld/verticillata). Pada
duduk daun seperti ini daun-daun yang berada dalam dua karangan berurutan
masing-masing dapat sejajar, dapat pula tidak. Bila daun dari dua karangan
letaknya tidak sejajar, maka apabila dilihat dari atas akan tampak deretan daun
sebanyak dua kali jumlah daun pada setiap bukunya. Contoh pada
pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda
cathartica L.),oleander (Nerium oleander L.).
C. Bagan (Skema) Dan Diagram Tata Letak Daun
1.
Bagan Tata
Letak Daun
Batang tumbuhan digambarkan sebagai
silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya demikian pula
buku-buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang helaian
daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5
maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dst akan
terletak pada ortostik yang sama.
Gambar: bagan duduk daun
2.
Diagram Tata
Letak Daun Atau Disingkat Diagram Daun
Untuk membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai
kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran
yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar kedalam
digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di beri nomor urut.
Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun adalah 2/5
lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral genetikya
dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya semakin
keatas digambar semakin sempit.
Gambar: diagram daun
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Phyllotaxis atau
tata letak daun adalah aturan tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertntu dan
berulang-ulang.
Ø
Tata letak daun pada batang,
berlaku apabila:
1.
Pada setiap buku-buku hanya
terdapat satu daun saja.
2.
Pada tiap-tiap buku-buku
batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
3.
Pada setiap buku-buku batang
terdapat lebih dari dua daun.
DAFTAR PUSTAKA
T jitrosoepomo Gembong, 2007, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar